Anglet, France.

gishi
3 min readMay 16, 2024

--

‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿

‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿

Landing pukul 14.00 pm Waktu setempat. Membuat Devid tak diberi sempat untuk beristirahat sedikitpun. Ia sudah kembali digiring dihadapan deburan ombak, yang sudah menjadi pemandangan yang ia lihat setiap hari.

Gelombang liar bertemu dengan pantai yang tenang, membajak ombak, bertengkar dengan sebuah papan selancar, dan dengan kedua kaki sebagai penyangganya.

Gulungan air yang kali ini Ia mainkan bukanlah ombak Bali seperti biasanya, melainkan gulungan air milik Kota Mode yang dimana kaki nya berpijak sekarang. Bagaikan sahabat sejati, papan selancar senantiasa berada pada jepitan lengan nya.

Summer, dan berselancar. Adalah perpaduan sempurna untuk melupakan sejenak alasannya tiba kemari, yang hanyalah sebagai pemain penerima free training. Devid merutuki dirinya, Ia merasa sebagai orang yang menerima amal.

“Hey Devid! Nice to see you, again."

Devid menghampiri Coach Ramos yang barusan melontarkan sapaannya. "Nice too see you again, Coach!" Balasnya. Mereka berjabat tangan dan bercengkrama sebelum sesi kedua pelatihan usai, dimana sesi ketiga adalah giliran Devid.

Papan selancar itu berkelok bak menari dengan lihai diatas gulungan air guna menjadi pegas untuk seseorang mengendarai papannya, Devid lagi, dan lagi. Menunjukan skill Aerial Moves nya yang menawan. Setelah mendapat aba-aba yang menjadi tanda bahwa sesi pelatihannya cukup, Devid menenggelamkan tubuhnya didalam laut itu, meluapkan lelahnya menjinakan ombak barusan.

"WOHOOO!! GOTCHA." Doni menepuk nepuk pundak Devid saat dia sudah kembali ke permukaan, Bangga akan apa yang barusan Ia lihat dari aksi sang Adik sepupunya ini.
Tidak ada respond apa apa dari Devid, Doni berdecak sembari tetap menuturi adik sepupunya itu masuk ke dalam hotel.

Pematik dengan ukiran berbentuk kepala singa itu secara berulang terbuka, dan tertutup. dentingannya nyaring memenuhi seisi balkon menemani lamunan panjang sang empunya.

Dua pilihan besar ada didalam pikirannya, dengan ditemani sepuntung rokok yang terapit diantara jemari besar milik Devid.

Kepulan asap rokok yang terbang seolah sudah cukup membawa terbang masalahnya. Devid bangkit dari duduknya, meraih tralis pembatas balkon menggenggam nya seraya mengadahkan kepalanya ke atas, menatap sang rembulan.

Anglet, 2024. Menjadi saksi untuknya kembali menjemahi tanah Prancis ini, untuk yang kesekian kalinya. Ia kembali dihadiahi ‘free training’ sebagai hadiah dari kekalahannya. Bukan tanpa sebab Devid kembali menerimanya, lantaran Ia masih bersikukuh jika ini adalah pembuka untuknya melangkah menempuh club resmi disini.

Devid hanya berselancar didalam komunitas, seperti Komunitas selancar Bali contohnya. Ia tak bermain resmi didalam suatu Club apapun seperti apa yang selalu Ia mimpikan. Bukan tak cukup ahli, Devid bahkan menerima banyak tawaran Club lokal. namun lagi lagi, targetnya adalah liga luar seperti Club yang kini sedang memberinya free training.

Dengan menerima dan bermain untuk Negri luar, secara tak langsung jaraknya dengan ‘Seorang’ juga terkikis. Membuka lebih luas kemungkinan untuknya kembali bertemu dengannya.

Kemungkinan yang sudah Ia harapkan tiba, Tahun ke tahun nya.

Kembali pada Anglet, dan Prancis. Seindah indahnya Kota ini, dan berapa kali pun Ia kembali kemari, Lidahnya tetap belum bisa beradaptasi dengan makanannya, rasanya Anglet akan cocok jika dipandang sambil memangku semangkuk lontong sayur, pikirnya.

--

--

gishi
gishi

No responses yet